Gunung
Bromo dapat ditempuh kurang lebih 3 jam dari Surabaya, melalui jalur
Pasuruan dengan rute Pandaan-Nongkojajar-Tosari dan Wonokitri.
Perjalanan melalui rute ini kita akan melalui banyak obyek wisata yang
cukup menarik diantaranya kawasan Taman Dayu (Pandaan), Taman Safari
Indonesia II (Prigen), Kebun Raya Purwodadi,
Agro Wisata, dan wisata komoditas unggulan Susu dan Kebun Kopi (Nongko
Jajar), dan yang paling menarik adalah View Point II yang terdapat di
Penanjakan Wonokitri Kabupaten Pasuruan.
View
Poin II Penanjakan menawarkan pemandangan eksotis Gunung Bromo,
hamparan Caldera (Lautan Pasir), dan Gunung Batok menjadi menu sarapan
saat matahari terbit, yang sering kali dihiasi dengan kabut di bawah
jurang Penanjakan.
View Poin II Penanjakan adalah sebuah titik dimana terdapat sebuah
bangunan pendapa dan tribun untuk tempat duduk bagi wisatawan yang
menantikan matahari terbit, tempat ini banyak dikunjungi banyak
wisatawan dari berbagai penjuru dunia, salah satunya Francisca seorang
wisatawan dari Belanda yang datang bersama keluarganya yang sempat
berkenalan dengan kami.
Gunung Bromo sendiri (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno: Brahma, salah
seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan
paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur Sebagai sebuah obyek
wisata, bahkan manjadi salah satu ikon wisata Indonesia. Gunung Bromo
menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif
yang terdapat pada rangkaian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa Lautan Pasir seluas 5.250 hektar.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter dpl itu berada dalam empat
wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten
Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai
dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter
(utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.
Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).
Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini
Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara
lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan
merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon
alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter
virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido
(Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang
bondol (Haliastur indus).
Di Lautan Pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang
silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari
timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung
api aktif yang sewaktu-waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan
mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa).
Suku Tengger |
Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli
yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari
Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di
sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun
menge-tahui Gunung Bromo itu berbahaya.
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya
sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan
upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura
yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak
gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap
bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh)
menurut penanggalan Jawa.
Pasca Letusan.
Bromo
yang sempat meletus pada November 2010 silam tak menyurutkan keinginan
wisatawan untuk tetap menikmati keindahan Gunung Bromo, baik yang
wisatawan Domestik maupun Mancanegara, David Corner
(18 Tahun) salah satunya pemuda asal New Zeland ini tak mau melewatkan
momen indahnya pasca letusan ketika melintas Pulau Jawa saat dia
melakukan perjalanan backpacker-nya mengelilingi Asia Tenggara.
Memang sementara ini kondisi sampai saat ini belum sepenuhnya stabil,
tapi kawasan Gunung Bromo masih dibuka untuk wisata sampai radius kurang
lebih 5Km dari pusat letusan (Sekitar Lautan Pasir) dan sementara
dilarang untuk mendekati puncak Gunung Bromo, sebab radius 5Km sudah
tidak aman bagi wisatawan.
Erupsi Gunung Bromo |
Dalam keadaan aktif normal maupun sedang meletus, Bromo dapat
mengeluarkan gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan. Secara umum
bahan gas vulkanik Bromo dapat berupa mofet, solfatara, atau fumarol.
Mofet adalah hembusan gas vulkanik mengandung COo dan CO2 yang tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa sehingga berakibat fatal
(kematian) bagi orang dan binatang yang menghirupnya. Konsentrasi gas
beracun ini meningkat di dalam kawah pada saat meletus, atau pada saat
cuaca mendung, berkabut, hujan, dan tidak ada angin.
Jika gas beracun mulai keluar, penduduk dan wisatawan dilarang turun ke
kawasan kawah. Pada musim kemarau, gas beracun mengendap di permukaan
tanah dan dikenal sebagai “bun upas” (embun berbisa) oleh penduduk
setempat. Embun berbisa ini dapat merusak serta mematikan tanaman,
seperti sayur mayur dan kentang. Untuk menghindari embun berbisa , para
wisatawan dilarang berkemah di lautan pasir. Solfatara adalah hembusan
gas vulkanik yang banyak mengandung unsur belerang. Gas ini mudah
dikenali karena berbau seperti telur busuk. Biasanya gas belerang
membentuk endapan belerang berwarna kuning dan berasa asam di lubang
asap. Dalam konsentrasi tinggi, solfatara berbahaya bagi kehidupan.
Fumarol adalah hembusan gas vulkanik yang banyak mengandung uap air
(H2O). Fumarol ini tidak beracun tetapi sebaiknya tetap
diwaspadai.zq/p@stic)
data diambil dari berbagai sumber
________________________________________________________________________
Lokasi
Gunung Bromo Jawa Timur, Indonesia
Ketinggian : 2.329 m (7.641 ft)
Koordinat : 7°56′30″S 112°57′00″
EKoordinat : 7°56′30″S 112°57′00″E [1]
Geologi
Jenis : Stratovolcano (aktif)
Letusan terakhir : 2010
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.